November 13, 2010

Bandung, 5 September 2000.

"Kamu mau pergi kemana Dy?" tanya Ami dengan suara terisak-isak dan nyaris tak jelas.

"Kongo," seru Ardy singkat.

Bocah 7 tahun dihadapannya masih tak puas dengan jawabannya dan tangisnya pun makin menjadi-jadi

"Apa kau akan mengajakku? Aku takut Mochi mati." Mata Ami berkaca-kaca sambil menggenggam Hamster berwarna broken white yang gembul. Mochi adalah peliharaan mereka selama beberapa bulan terakir. Ardy membelinya saat ia berlibur ke Kampung halamannya lalu berkunjung ke Pasar Malam.

"Mauku juga begitu, Ami. Tapi Ayahku ditelpon langsung oleh Pak Presiden untuk membela negara kita. Bukankah kamu ingin Negara kita dipandang hebat sebagai sukarelawan? Sekarang kamu hanya perlu berdo'a supaya aku dan keluargaku selamat!" Ardy memberi penjelasannya. Ia sebenarnya tidak tahu apa-apa soal Pak Presiden yang menelpon Ayahnya senin kemarin. Pokoknya alasannya harus terlihat kuat dihadapan Ami. Agar Ami tidak berpikir kalau ia akan meninggalkannya.

"Apa kau akan tetap mengirimiku surat setiap hari dan bermain ular tangga? Apa aku akan tetap mendengar suaramu setiap hari? Apa....." Tangis Ami memecah. Mochi jatuh ke Lantai garasi Ardy tersebut.

"Ami, aku janji aku akan selalu mengirimimu surat. Tapi kalu ular tangga aku tak tahu caranya! Biar kutanyakan pada Kak Neesa ya! Nanti aku akan selalu menyelipkan cokelat dalam setiap suratku. Kau mau kan percaya pada janjiku?"

"Mmm" Ami mengangguk dan tangisnya pun mulai mereda.

Siapa yang menyangka bahwa perkataan bocah berumur 7 tahun itu selalu terngiang-ngiang di benak Ami? Sebenarnya, pertemuan mereka seperti sudah digariskan. Bertemu pada tahun 1993, ketika Ayah Ardy berpindah tugas ke Bandung, rumah mereka yang hanya dibatasi tembok setinggi 1,5 meter itulah yang membuat mereka menjadi seperti ini sekarang. Ardy dan Ami memang tidak lahir di Hari dan bulan yang sama. Tapi setidaknya mereka mempunyai satu alasan lagi kenapa persahabatan mereka begitu erat, mereka lahir di tanggal 15. Ardy lahir pada 15 Januari, sedangkan Ami pada 15 Juli. "setidaknya bulan kelahiran kita sama-sama berakhiran i" Ucap Ami pada Ardy.

---------------------------------------------------------------------------------
Tahun demi tahun pun berlalu. Meski Ardy telah pergi 10 tahun lamanya, ia tetap menepati janjinya untuk mengirimi Ami surat dan sokelat.

"Aku akan pulang, pada bulan Juli ini. Tanggalnya aku tak tahu pasti. Tapi kemungkinan minggu-minggu pertengahan. Sekitar tanggal 13an. Kalau kau mau, aku akan mengabarimu lewat e-mail tanggal pastinya, dan... mau kah kau untuk tetap menungguku di taman seperti 10 tahun yang lalu? Aku akan membawa Ular Tangga yang baru kubeli di toko sebrang jalan. Dan kita akan bermain sampai matahari terbenam, lalu kita akan menikmati malam dengan martabak keju kesukaanmu, bagaimana? OIya aku juga menyelipkan foto Ayah dan kawannya. Huh sepertinya Kak Neesa memanggilku, sudah dulu ya! Jangan lupa untuk menungguku!"

Ami tertegun mendapati surat itu. Perlahan Air matanya menmbasahi pipinya. Betapa ia merindukan bocah itu.

to be continued.

No comments: