July 22, 2013

A Come Back

Rencana Allah benergak disangka-sangka.

Mungkin, just in case, ada yg wondering saya kemana aja selama ini, the answer will be; Inten. I didn't get accepted on SNMPTN Undangan last May, so after i recovered I worked my ass off to complete my goal this year; get accepted in International Relation. Setelah tiga tahun saya mimpi, bercita-cita ingin kuliah di jurusan HI, alhamdulillah akhirnya 8 Juli kemarin Allah mengijabah doa saya.

Long story short, aim saya sebenernya jauh lebih tinggi dan gak tahu diri. Saya ingin kuliah di Kampus Kuning jurusan HI. Yang per tahunnya cuma nerima sekitar lima puluh orang. Gila emang kalo dipikir-pikir. Tapi nggak ada yang gak mungkin di dunia ini. Selama jarum jam masih berdenting, waktu akan terus berjalan, matahari masih terbit di timur, dan kehidupan akan terus berlanjut. Hari demi hari nungguin pengumuman saya nanti dengan harapan yang kian mengikis. Lama-lama saya jadi sangsi sendiri sama mimpi saya. Dasar edan. Siapa saya? Ranking satu aja gak pernah, ikutan kompetisi yang prestisius aja gak pernah, mimpi bisa masuk kampus itu. Tapi kemudian semuanya terasa aneh,

Segala keinginan menggebu-gebu yang 5 bulan terakhir ini dirasakan semakin luntur. Saya jadi tiba-tiba ngerasa nggak cocok ada di sana. Ngerasa nggak cocok dengan lingkungan di luar kampusnya. Ngerasa takut ini takut itu. Semuanya semakin jelas ketika saya mengunjungi kampus Nangor. Aneh. My logic clearly declined to fit in, but my heart seems to have found its home. Saya nggak tahu kemana fervency selama ini. Kemana segala 'demi bisa kuliah disana' pergi.

Lalu Allah dengan segala ke-Mahabaik-anNya meluluskan saya di kampus kuning. di prodi yang saya kagumi ruang sidangnya. Perpustakaannya. Patungnya. Segala dilema mulai bermunculan. Silih berganti dengan ketidakpastian. Masih ada sebagian hati saya yang ingin kuliah di sana. Di tempat banyaknya para pemimpin bangsa digodog, dicetak, dan dilahirkan. Ya Allah beri saya petunjuk...

Saya hampir lupa apa yang saya inginkan. Nyaris semua percakapan yang saya lakukan dengan teman lewat Whatsapp, SMS, dan Line isisnya menanyakan pendapat. Mayoritas mengatakan;
"Nis, masuk sana susah. Masa mau dilepas gitu aja?"
Tapi beberapa teman; Mira, Acil, Gita, dan Naufal mengingatkanku lagi.
"Bukannya passion kamu di HI?"
Seperti tamparan. Acil aja yang biasanya guyon terus gak tau kenapa jadi salah satu yang berperan besar dalam pengambilan keputusan saya.

I am lost in between being selfish and being sincere. I didn't even know what I want. It is diverged into two ways. Each of them has its own advantages. Each of them has a promising future.

Sampai terjadi percakapan singkat dengan Babeh. Detik itu Insya Allah saya mantapkan hati. Saya coba lihat dari berbagai perspective, saya coba mendewasakan diri. Insya Allah, yang harus dilakukan adalah berdoa supaya Allah senantiasa meridhai jalan yang saya ambil.

Memang berat, membayangkan saya tidak jadi memakai jaket kuning itu, dengan makara merah, tidak jadi berada di kampus yang sama dengan para Mapresnas. Tapi Tuhan selalu menyelipkan teka-teki di setiap berkah yang Dia berikan. Saya percaya, Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Saya yakin, di balik semua ini, Allah menginginkan saya untuk kembali bertarung, bekerja keras, untuk memecahkan teka-teki-Nya.

Bismillahirrahmanirrahim.

Sampai jumpa di lain waktu, kota Depok.

Assalamu'alaikum, Jatinangor. :)

No comments: